Afghanistan, Islam Radikal, dan Nick Danziger
Monday, October 20, 2008
Judul postingan kali ini mungkin kelewat 'wah'... Sebetulnya saya baru saja membaca kisah sejati tentang seorang wartawan foto kenamaan asal Inggris, Nick Danziger yang mengadopsi anak-anak korban perang dari Dan, kisah sejati tentang pria Inggris yang mengadopsi tiga bocah malang Kembali saya hanyut dalam kisah pilu dari Sebagai wartawan foto, Nick Danziger telah menghabiskan sebagian besar waktunya untuk keliling dunia memotret berbagai kejadian penting dari segala penjuru. Tak tanggung-tanggung, tanah yang penuh dengan konflik peperangan pun ia jejaki, salah satunya Saat bertugas di tanah persembunyian Osama bin Laden itulah, Nick bertemu dengan tiga bocah Khadija dan Farishta harus berhenti sekolah saat mereka menginjak usia 8 tahun, hanya karena mereka berjenis kelamin perempuan. Sedangkan Satar tak bersekolah karena ia cacat folio. Pertama kali Nick bertemu Khadija dan Farishta tahun 1989. Waktu itu Khadija masih berusia 4 tahun dan Farishta 2,5 tahun. Tahun 1990, ketika Presiden Najibullah didukung Sovyet yang sedang berkuasa, Nick sempat membuat rumah singgah (dibantu Palang Merah Norwegia, Dalai Lama, dan Putri Sadruddin Aga Khan, serta masyarakat internasional yang terketuk hatinya) sebagai tempat tinggal anak-anak yatim piatu. Nick mengusahakan sedemikian rupa agar rumah tersebut aman bagi anak-anak Saat tak sedang bertugas Nick selalu kembali mengunjungi Tahun pertama Nick hidup bersama ketiga anak itu, tak pernah terbayangkan olehnya suatu hari nanti ia akan mengadopsi mereka dan membawanya keluar dari Dua tahun kemudian, keadaan menjadi lebih buruk bagi Khadija, Farishta dan Satar.. Kelompok Mujahidin mengambil alih Saat malam tiba, mereka hanya tidur dengan selimut tipis di tengah deru angin dingin yang berhembus dari jendela yang ditutup plastik tipis karena kacanya pecah. Tak ada lagi tawa ceria, mereka semakin pendiam. Setiap diajak bicara, yang keluar hanyalah mimpi-mimpi mereka.. Khadija ingin memiliki gaun yang indah dan boneka yang lucu, Farishta ingin memiliki kursi dan sebuah boneka, sedangkan Satar bercita-cita menjadi dokter atau guru. Nick lantas tersentuh hatinya, ia tak tahan dengan penderitaan mereka. Tiba-tiba saja terbersit keinginannya untuk membawa mereka keluar dari peperangan itu. Nick kemudian mendiskusikan keinginannya itu dengan orang tuanya di Inggris, teman-temannya yang orang Maret 1995, Khadija, Farishta, dan Satar keluar dari rumah yatim piatu. Mereka masing-masing mendapat uang 10.000 ribu Afghanis yang hanya bisa membeli beberapa potong roti saja. Mereka pun tak membawa secuil pakaian kecuali yang mereka pakai.. Bulan September 1995, bersama sahabatnya yang bekerja di Palang Merah, Nick membawa ketiga anak Di saat luang, kedua anak gadis itu senang berenang.. Farishta lebih senang berenang di laut daripada di kolam renang.. Saat pertama kali ketiga anak itu melihat laut, tiga pasang mata mereka tak lepas memandangnya.. Negeri mereka memang tidak berbatasan dengan laut.. Farishta bahkan sempat bertanya pada Nick dengan penuh antusias, "Daddy, siapa yang mendorong air laut itu sampai bergulung-gulung begitu?" Begitulah kisah manis akhirnya dapat mereka rengkuh selepas dari jeratan Terlihat di foto atas, Khadija (kiri) kini sudah dewasa.. (Foto yang saya lihat di majalah Femina yang saya baca itu, Khadija masih berumur 12 tahun) Kisah pilu mereka berakhir, tapi
Dulu, Ibu saya berlangganan Femina sejak tahun 80-an hingga akhirnya berhenti berlangganan tahun 2003an.. Dan kami masih menyimpan tumpukan sisa-sisa majalah Femina yang tak kami jual atau berikan pada orang lain.. Biasanya kami membacanya kembali di saat-saat luang atau bahkan tidak sama sekali..
pics taken from : pic. 1, pic. 2, pic. 3, pic. 4
Gay, Lesbian, dan Posmodernisme
Friday, July 25, 2008
Salah satu ciri posmodernisme adalah keberadaan gender yang tak lagi dibagi menjadi dua golongan; "wanita" dan "laki-laki", tetapi ada juga "gay", serta "lesbian". Fenomena tsb. kini makin kentara bagaimana kaum homosexual memperjuangkan existensinya sebagai makhluk yang juga "normal" seperti halnya kaum yang diberi label "perempuan" dan "laki-laki".
Kaum homoseksual -yang dalam kebudayaan "formal" (kalo boleh saya bilang) dan juga perspektif agama apa pun dipandang sebagai anomaly dan "dosa"- kini makin gencar menuntut haknya untuk diperlakukan dan dipandang sama normalnya dengan kaum normal lainnya; "perempuan" dan "laki-laki". Tuntutan itu juga tak hanya disuarakan oleh kaum homoseksual saja, tapi juga oleh kaum heteroseksual baik "laki-laki" maupun "perempuan". Sebagian dari mereka itu yang notabene kaum "normal" turut memperjuangkan hak hidup kaum homoseksual yang notabene "tidak normal" untuk diperlakukan sama, tidak didiskriminasi.
"The Oprah Winprey Show" misalnya, dalam salah satu episodenya pernah menyajikan topik seputar homoseksual atau transgender. Episode tsb. mengisahkan bagaimana seorang ayah yang beralih gender menjadi seorang wanita, sehingga anak-anaknya kini tak lagi memiliki seorang Ibu melainkan dua orang Ibu biologis!! Selain itu ada juga perempuan-perempuan patah hati mendapati pengakuan kekasih hatinya -pria tampan dan macho- yang ternyata menyukai sesama jenis. Atau seorang Ibu yang mendapati putri kesayangannya yang saat beranjak remaja menyadari dirinya seorang lesbian, dan banyak lagi kisah homoseksual lainnya. Adapun Nate, pria tampan dan ramah yang ahli menata rumah yang kerap dijadikan nara sumbernya Oprah adalah juga seorang gay.
Oprah tentu saja menyajikan topik itu karena punya muatan kontroversial. Sesuatu yang kontroversial tentu saja santapan lezat buat media massa. Tapi, ada apa di balik semua suguhan kontroversial itu selain untuk menaikkan rating dan mendulang duit?
Tentu suguhan tsb. merupakan salah satu cara menunjukkan pada khalayak akan keberadaan kaum homoseksual. Mereka exist loo! Lalu, sikap dan tindakan seperti apa menghadapi realitas ini? Tentu saja kita mesti arif dan bijaksana -ditinjau dari berbagai perspektif- dalam menghadapi realitas yang kontroversial tsb. bukan?
Hmm... kebudayaan bisa jadi memang bisa dicampur-aduk, tumpang-tindih, direka-reka, berubah dari waktu ke waktu. Mengutip tulisannya Yasraf Amir Pilliang dalam buku "Sebuah Dunia yang Dilipat" bahwa riuh rendah euphoria budaya yang ditawarkan dunia baru tsb, warna-warni citraan yang disuguhkannya... Dunia baru ini tak ubahnya seperti hologram raksasa, yang menyuguhkan jutaan warna dan jutaan citra yang tampak nyata…
why don't we..
Tuesday, June 03, 2008
Ebony And Ivory Live Together In Perfect Harmony
Side By Side On My Piano Keyboard, Oh Lord, Why Don't We?
We All Know That People Are The Same Where Ever You Go
There Is Good And Bad In Ev'ryone,
We Learn To Live, We Learn To Give Each Other
What We Need To Survive Together Alive.
Ebony And Ivory Live Together In Perfect Harmony
Side By Side On My Piano Keyboard, Oh Lord Why Don't We?
Ebony, Ivory Living In Perfect Harmony
Ebony, Ivory, Ooh
Ketika Tendangan Maut dan Bogem Mentah FPI Membabi Buta..
Sunday, June 01, 2008
Lagi-lagi kekerasan…
Tak ada yang lebih memprihatinkan dari sebuah aksi penyerangan yang sarat dengan kekerasan dilakukan oleh sebuah ormas yang mengatasnamakan Islam. Sungguh sungguh memprihatinkan menyaksikan bagaimana para anggota Front Pembela Islam melancarkan kekerasan terhadap para anggota Aliansi Kebebasan Beragama. Islam sebagai agama yang sangat menjunjung tinggi perdamaian, toleransi, dan perbedaan, digunakan sebagai penjustifikasian terhadap aksi brutalisme menyerang pihak yang tidak sepaham.
Bukankah Al-Quran menyerukan untuk tidak memaksa orang dalam urusan agama dan bahkan lebih mengutamakan sikap hormat dalam kehidupan beragama:
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” Q.S. 49:13
Seterdesak apakah gerangan para anggota FPI sehingga harus melakukan penyerangan yang sarat dengan kekerasan dan brutal seperti itu? Sungguh saya tidak menemukan alasan yang masuk akal di balik penyerangan brutal itu.
Muhammad sebagai Nabi junjungan umat Muslim di seluruh jagat raya tak pernah memberi ‘teladan’ seperti itu. Berkenaan dengan pluralisme, Nabi bersikap dengan suatu penghormatan kepada sesama seperti yang diperintahkan Tuhan. Sikap penghormatan itu didasarkan pada hubungan saling mengenal yang bersifat egaliter, hubungan yang bersifat horizontal dan setara. Hanya Tuhan yang mengetahui apa yang tersimpan di hati seseorang dan seberapa dalam kesalehan seseorang. (Tariq Ramadan)
Seperti halnya dengan tradisi spiritual dan keagamaan, seruan untuk bertemu, berbagi, dan hidup bersama harus selalu didasarkan pada tiga persyaratan berikut: berusaha mengenal satu sama lain, tetap bersikap tulus dan jujur selama bertemu dan berdebat, dan akhirnya, berusaha rendah hati menyangkut klaim kebenaran masing-masing. Itulah ajaran Nabi dalam berhubungan dengan orang-orang beriman dari agama lain. Ada pun argumentasi yang diketengahkan Nabi dilandasi oleh pengetahuan, ketulusan, dan kerendah hatian, yang menjadi tiga syarat penghormatan. (Tariq Ramadan)
Begitulah suasana co-exist tercipta di zaman Rasul. Perbedaan bukan dihadapi dengan aksi-aksi menyerang secara brutal dan tidak manusiawi.
Sungguh teramat memprihatinkan aksi kekerasan dan brutal semacam itu dilakukan atas nama Islam! Allah SWT tidak memerlukan “pembelaan” brutal seperti itu!
Mahasiswa atau Preman???!!
Thursday, May 29, 2008
Sebagai salah satu aksi demo menolak kenaikan BBM, gerombolan mahasiswa menyetop kendaraan plat merah yang kebetulan lewat di hadapan mereka. Beberapa di antaranya menaiki kap mobil, lalu menginjak-injak dan memukul-mukul badan mobil nahas itu sambil berteriak-teriak. Tak cukup begitu aksi corat-coret pun dilancarkan mereka dengan tak kalah beringasnya. Mobil yang dibeli dengan duit rakyat itu pun kini bergrafity. Tulisan “milik rakyat” tertera di hampir seluruh badan mobil.
Seorang bocah lelaki yang kebetulan berada di dalam mobil tsb. terlihat begitu shock dan ketakutan menyaksikan kakak-kakak mahasiswa (atau preman?) itu beraksi. Bocah itu duduk di depan, di samping pengemudi mobil, dengan sangat jelas ia melihat bagaimana kakak-kakak mahasiswa (atau preman?) itu melancarkan aksi premanisme-nya. Sang bocah hanya diam dalam ketakutannya yang amat sangat, mungkin ia berharap ‘mimpi buruk’ itu segera berakhir. Begitu pun dengan sang pengemudi, ia hanya diam dengan raut wajah menahan takut.
Demo pasca kenaikan BBM yang dilancarkan mahasiswa (atau preman?) kerap diberitakan di berbagai media. Alih-alih antusias menyimak malah makin bikin muak. Gatal rasanya jemari ini untuk segera memindahkan channel ke acara lain yang tidak sedang menyuguhkan berita seputar “wacky crazy actions” para mahasiswa (atau preman?) itu.
Kenaikan BBM sudah amat menyesakkan, kini aksi demo premanisme yang dilancarkan mahasiswa (atau premaan?) makin bikin perut mual. Apa gerangan yang ada di kepala mahasiswa-mahasiswa (atau premaaannn?) itu???!!! Jujur, bahkan sebetulnya saya enggan menyebut mereka “mahasiswa”.
Lhaa.. “mahasiswa” koq begitu?
Setahu saya, saat jadi mahasiswa dulu, ada banyak bahan bacaan yang membuat kita merenungkan kehidupan ini, salah satunya menghindarkan diri dari kebodohan yang menyulut aksi premanisme yang menyengsarakan sesama umat manusia lainnya (yang nyata-nyata nggak berdosa). Ilmu itu sarat dengan etika dan moral koq.. lha perguruan tinggi itu kan gudangnya ilmu toh? Nah kalo liat mahasiswa bertindak ala preman seperti itu?? Apa lembaganya yang musti dipertanyakan? Di mana integritas tempat bernama “perguruan tinggi” itu?? Hellloooo??!!!
Ngapain sekolah tinggi-tinggi kalau hanya menghasilkan tindakan-tindakan brutal macam preman seperti itu. Kalau cuma bisa berdemo ala preman macam begitu sih nggak perlu sekolah tinggi-tinggi, preman kelas teri yang biasa malak di stasiun-stasiun juga bisa.. nggak perlu mengecap bangku kuliah.. Lagipula apa bedanya yang didemo dengan yang mendemo kalo sama-sama menyengsarakan umat.
Mbok ya para mahasiswa berdemolah dengan cerdas, pake akal sehat bukan dengkul.. Kalau sekedar pamer aksi premanisme begitu doang, trust me, kalian hanya buang-buang duit (ortu) aja.. Memang bukan rahasia umum bahwa selulus kuliah nyari kerja itu bisa jadi nggak gampang, tapi toh nggak lantas kalian jadi ‘keledai’ koq!! Kalau pun nantinya jadi pengangguran sesaat, tapi kalau moral dan etika masih bersemayam dalam diri kalian, seorang pejabat dengan pangkat tinggi sekali pun kalau dia korup maka ia tak lebih dari cecunguk yang siap ‘diinjak-injak’ (tanpa perlu diinjak beneran) kaki siapa saja, bahkan kaki seorang pengangguran yang nggak pernah berhenti berusaha..
Kamu mahasiswa bukan sih???!!!! Read more...
TEBING TAK TAMPAK, JURANG TAK TAMPAK
Saturday, February 23, 2008
...saya tantang mereka untuk dua hal. Yang pertama kalau aktris dalam film seks itu pemerannya ibu, istri, anak, saudara perempuan atau keponakan perempuan mereka dan bukan aktris lain. Bagaimana perasaan mereka? Tak dijawab. Kepada novelis saya tantang bagaimana jika tokoh dalam novel mereka itu yang melakukan seks bebas itu ibu, anak perempuan,saudara perempuan, atau keponakan kalian. Kemudian buat acara. Bacakan novel itu di tengah keluarga dan lihat bagaimana reaksi mereka? Juga tak dijawab.
Itu adalah cuplikan jawaban penyair besar Indonesia Taufiq Ismail dalam sebuah wawancara dengan wartawan Republika (Siti Darojah Sri Wahyuni dan Amin Madani) yang dimuat di Koran Republika (juga on line) Rabu, 20 Februari 2008 terkait dengan Sidang Mahkamah Konstitusi yang membahas permohonan para sineas muda terkait UU tentang perfilman, utamanya terkait tentang sensor film.
Berikut saya kutipkan hasil wawancara tsb. selengkapnya (plus puisi karya beliau) agar kiranya dapat menjadi bahan renungan bagi kita semua yang peduli terhadap masa depan bangsa ini.. Semoga bermanfaat!
(Taufiq Ismail)
Untuk Anak-anak Muda Sineas,
Di tepi desa kami ada sebuah tebing yang curam
Apa itu pagar? Kenapa dibatas-batasi?
Demo berlangsung, hiruk-pikuklah terdengar suara
Nah, saya bukan pakar di bidang hukum. Jadi ketika dalam sidang tersebut saya menyampaikan suatu konstatasi bahwa sekarang di tengah masyarakat, dalam masa sesudah 1998 atau masa reformasi terjadi bukan saja perubahan politik tapi juga arus besar yang digerakkan oleh budaya permisif dan adiktif di Tanah Air kita. Tak ada sosok dan organisasinya tapi kerja samanya itu mendunia, kapital raksasa mendanainya, landasan ideologinya neoliberalis dengan banyak media massa jadi pengeras suaranya. Menurut saya ada sepuluh komponen dalam gerakan ini yang jaring pengikatnya adalah syahwat atau seks. Saya menyebutnya Gerakan Syahwat Merdeka.
Anak-anak pembuat film itu berada di depan. Dari judul-judulnya sudah nampak. Ada film berjudul 'Maaf Aku Menghamili Istri Anda' dan film yang diprotes Aa Gym itu 'Buruan Cium Gue'. Ada yang membuat saya geleng kepala. Sekarang beredar dengan judul 'Quickie Express'. Ini pasti dibuat oleh anak yang baru tahu bahasa Inggris.
Apakah puisi itu ada dampaknya?
Mengapa tuntutan kebebasan itu banyak dari kalangan seniman?
Kekeliruan kita adalah karena pada 1998 tidak ditaruh pancang-pancang untuk membendung air bah. Jika kita lihat pada 1999, 2000 tabloid-tabloid mesum luar biasa beredar. Yang mengiklankan seks itu juga luar biasa lengkap dengan nomor telepon, tempat dan alat-alatnya. Sudah tak ada lagi instrumen yang membatasi. Di bidang film sineas muda merasa masih ada yang membatasi. Kemudian mereka berkumpul dan inilah yang terjadi.
Jadi, kita seperti sedang kehilangan nasionalisme?
Kembali ke dunia film. LSF saja saat ini kelabakan karena bukan hanya film layar lebar tapi sinetron di televisi yang jumlahnya bukan lagi berpuluh tapi beratus-ratus. Mereka kelabakan dan menggapai-gapai. Jadi memang cara kerjanya harus diatur.
Seorang teman di Malaysia menceritakan keheranannya. Kata dia di Indonesia itu kok yang suka berlucah-lucah (menulis kisah cabul) itu perempuan. Di Malaysia ada juga tapi lelaki. Mereka bertanya apa sebab? Saya katakan rasa malu yang sudah hilang. Mereka juga heran melihat novel-novel kita yaitu sastra mazhab selangkang yang asyik betul dengan syahwat, yang ketika keluar dipuja-puji dan diberi tepuk tangan. Maka itu dalam pidato saya sampaikan bagaimana membangkitkan rasa malu.
Apa yang Bapak lakukan untuk menghalau arus ini?
Anak muda kita juga sepertinya tak lagi mengenal karya sastra lama yang menjadi bekal?
Saya sedih mendengarnya karena harusnya mereka tahu Hamzah Fansuri, Amir Hamzah. Bukan salah mereka tapi sistem.
Tiga tahun lalu saya bicara dengan Menkominfor yang waktu itu masih Sofyan Jalil. Depdiknas dengan bangga mengumumkan internet masuk sekolah. Dalam hati saya katakan jangan-jangan aduh bahaya. Nanti jika saya ditanya, oleh Allah di Yaumul Hisab saya sudah katakan saya sudah menyampaikannya.
Sang Jenderal..
Tuesday, January 08, 2008
Usia semakin senja, kesehatan pun makin menurun.. apalah arti hidup di dunia yang sebentar ini, toh kehidupan abadi sesungguhnya adalah nanti setelah mati.. Apakah sisa hidup yang mungkin tak lagi seberapa akan terus diisi dengan kelitan demi kelitan menghindari hukum keadilan di dunia.. padahal kebaikan hidup di dunia akan menjadi bekal di akherat kelak..
Tuhan sang Penguasa alam ini adalah juga sang Maha Pengampun.. Siapa saja umat manusia yang mengakui kesalahan atau kekhilafannya dan bertobat dengan sungguh-sungguh, maka Tuhan menjanjikan pengampunan yang tiada tara. Apa sesungguhnya yang didambakan dari kehidupan fana yang tak lama kita singgahi ini, selain tentunya kebaikan yang mustinya kita torehkan di sini.. bukannya berbuat zalim dan menyengsarakan umat yang lain. Meski di atas kezaliman barangkali kita memperoleh kenikmatan dunia.. popularitas, kekayaan, kedudukan, atau kekuasaan, tapi apalah artinya jika ketenangan batin dan jiwa tak kita dapatkan.
Legowo berarti juga berani mendudukan setiap perkara pada tempatnya. Apapun dan di mana pun tempat itu berada, sikap legowo selalu bernilai luhur.. Meski tampuk kekuasaan dan kedudukan tinggi tak lagi dipegang, namun sikap legowo selalu menaruh seseorang pada posisi luhur sebagai manusia yang arif dan bijaksana..
Semoga kepasrahan total pada Yang Maha Kuasa menghampiri sang Jenderal agar ketenangan batin dan jiwa senantiasa menaungi kehidupan beliau di dunia maupun di akherat kelak.. dan bangsa ini tumbuh menjadi bangsa yang arif dan bijaksana, menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan.. Semoga lekas sembuh Jenderal!
(*pic taken from here )