Gay, Lesbian, dan Posmodernisme
Friday, July 25, 2008
Posmodernisme adalah gerakan kebudayaan pada umumnya yang dicirikan oleh penentangan terhadap totalitarianisme dan universalisme, serta kecenderungannya ke arah keanekaragaman, ke arah melimpah-ruah dan tumpang-tindihnya berbagai citraan dan gaya, sehingga menimbulkan fragmentasi, kontradiksi dan pendangkalan makna kebudayaan.
Salah satu ciri posmodernisme adalah keberadaan gender yang tak lagi dibagi menjadi dua golongan; "wanita" dan "laki-laki", tetapi ada juga "gay", serta "lesbian". Fenomena tsb. kini makin kentara bagaimana kaum homosexual memperjuangkan existensinya sebagai makhluk yang juga "normal" seperti halnya kaum yang diberi label "perempuan" dan "laki-laki".
Kaum homoseksual -yang dalam kebudayaan "formal" (kalo boleh saya bilang) dan juga perspektif agama apa pun dipandang sebagai anomaly dan "dosa"- kini makin gencar menuntut haknya untuk diperlakukan dan dipandang sama normalnya dengan kaum normal lainnya; "perempuan" dan "laki-laki". Tuntutan itu juga tak hanya disuarakan oleh kaum homoseksual saja, tapi juga oleh kaum heteroseksual baik "laki-laki" maupun "perempuan". Sebagian dari mereka itu yang notabene kaum "normal" turut memperjuangkan hak hidup kaum homoseksual yang notabene "tidak normal" untuk diperlakukan sama, tidak didiskriminasi.
"The Oprah Winprey Show" misalnya, dalam salah satu episodenya pernah menyajikan topik seputar homoseksual atau transgender. Episode tsb. mengisahkan bagaimana seorang ayah yang beralih gender menjadi seorang wanita, sehingga anak-anaknya kini tak lagi memiliki seorang Ibu melainkan dua orang Ibu biologis!! Selain itu ada juga perempuan-perempuan patah hati mendapati pengakuan kekasih hatinya -pria tampan dan macho- yang ternyata menyukai sesama jenis. Atau seorang Ibu yang mendapati putri kesayangannya yang saat beranjak remaja menyadari dirinya seorang lesbian, dan banyak lagi kisah homoseksual lainnya. Adapun Nate, pria tampan dan ramah yang ahli menata rumah yang kerap dijadikan nara sumbernya Oprah adalah juga seorang gay.
Oprah tentu saja menyajikan topik itu karena punya muatan kontroversial. Sesuatu yang kontroversial tentu saja santapan lezat buat media massa. Tapi, ada apa di balik semua suguhan kontroversial itu selain untuk menaikkan rating dan mendulang duit?
Tentu suguhan tsb. merupakan salah satu cara menunjukkan pada khalayak akan keberadaan kaum homoseksual. Mereka exist loo! Lalu, sikap dan tindakan seperti apa menghadapi realitas ini? Tentu saja kita mesti arif dan bijaksana -ditinjau dari berbagai perspektif- dalam menghadapi realitas yang kontroversial tsb. bukan?
Hmm... kebudayaan bisa jadi memang bisa dicampur-aduk, tumpang-tindih, direka-reka, berubah dari waktu ke waktu. Mengutip tulisannya Yasraf Amir Pilliang dalam buku "Sebuah Dunia yang Dilipat" bahwa riuh rendah euphoria budaya yang ditawarkan dunia baru tsb, warna-warni citraan yang disuguhkannya... Dunia baru ini tak ubahnya seperti hologram raksasa, yang menyuguhkan jutaan warna dan jutaan citra yang tampak nyata…
Read more...
Salah satu ciri posmodernisme adalah keberadaan gender yang tak lagi dibagi menjadi dua golongan; "wanita" dan "laki-laki", tetapi ada juga "gay", serta "lesbian". Fenomena tsb. kini makin kentara bagaimana kaum homosexual memperjuangkan existensinya sebagai makhluk yang juga "normal" seperti halnya kaum yang diberi label "perempuan" dan "laki-laki".
Kaum homoseksual -yang dalam kebudayaan "formal" (kalo boleh saya bilang) dan juga perspektif agama apa pun dipandang sebagai anomaly dan "dosa"- kini makin gencar menuntut haknya untuk diperlakukan dan dipandang sama normalnya dengan kaum normal lainnya; "perempuan" dan "laki-laki". Tuntutan itu juga tak hanya disuarakan oleh kaum homoseksual saja, tapi juga oleh kaum heteroseksual baik "laki-laki" maupun "perempuan". Sebagian dari mereka itu yang notabene kaum "normal" turut memperjuangkan hak hidup kaum homoseksual yang notabene "tidak normal" untuk diperlakukan sama, tidak didiskriminasi.
"The Oprah Winprey Show" misalnya, dalam salah satu episodenya pernah menyajikan topik seputar homoseksual atau transgender. Episode tsb. mengisahkan bagaimana seorang ayah yang beralih gender menjadi seorang wanita, sehingga anak-anaknya kini tak lagi memiliki seorang Ibu melainkan dua orang Ibu biologis!! Selain itu ada juga perempuan-perempuan patah hati mendapati pengakuan kekasih hatinya -pria tampan dan macho- yang ternyata menyukai sesama jenis. Atau seorang Ibu yang mendapati putri kesayangannya yang saat beranjak remaja menyadari dirinya seorang lesbian, dan banyak lagi kisah homoseksual lainnya. Adapun Nate, pria tampan dan ramah yang ahli menata rumah yang kerap dijadikan nara sumbernya Oprah adalah juga seorang gay.
Oprah tentu saja menyajikan topik itu karena punya muatan kontroversial. Sesuatu yang kontroversial tentu saja santapan lezat buat media massa. Tapi, ada apa di balik semua suguhan kontroversial itu selain untuk menaikkan rating dan mendulang duit?
Tentu suguhan tsb. merupakan salah satu cara menunjukkan pada khalayak akan keberadaan kaum homoseksual. Mereka exist loo! Lalu, sikap dan tindakan seperti apa menghadapi realitas ini? Tentu saja kita mesti arif dan bijaksana -ditinjau dari berbagai perspektif- dalam menghadapi realitas yang kontroversial tsb. bukan?
Hmm... kebudayaan bisa jadi memang bisa dicampur-aduk, tumpang-tindih, direka-reka, berubah dari waktu ke waktu. Mengutip tulisannya Yasraf Amir Pilliang dalam buku "Sebuah Dunia yang Dilipat" bahwa riuh rendah euphoria budaya yang ditawarkan dunia baru tsb, warna-warni citraan yang disuguhkannya... Dunia baru ini tak ubahnya seperti hologram raksasa, yang menyuguhkan jutaan warna dan jutaan citra yang tampak nyata…