Pak Walkot, kita dan tangan-tangan yang dicium Rasul saw.
Saturday, July 17, 2010
Hendak ke Pasar Baru lewat jam sepuluh pagi di hari Sabtu, Minggu atau hari libur lainnya apalagi di bulan Ramadhan dan menjelang Lebaran??
Nggak perlu heran kalau kemudian dihadang macet dan kesemrawutan lainnya saat menyusuri sepanjang jalan Otista (Otto Iskandar Dinata), tepatnya sekitar bangunan Pasar Baru.. Mobil, motor, becak (yang maju melawan arah), sepeda, pejalan kaki, pendorong gerobak, semua tumplek plek di sana berebut lahan untuk bergerak.. Lengkingan klakson di sana-sini dan terik yang begitu menyengat..
duh apa nggak makin bikin ‘alergi’ aja tuuh pergi ke Pasar Baru?? Tapi anehnya Pasar Baru selalu saja diminati untuk dikunjungi meski dengan segala keruwetan yang ada..
Sebetulnya Pasar Baru sudah dibenahi Pemkot Bandung dengan menertibkan PKL dan lahan Parkir di pinggiran jalan Otista yang sebelumnya memang lebih parah keadaannya.. tapi teuteup aja tak bener-bener tertib dan nyaman, terutama di hari-hari padat pengunjung.. Teuteup semrawut wut!
Di tengah kemacetan dan terik yang menyengat tiba-tiba tukang becak menyusup begitu saja melawan arus pula dengan lagak tanpa dosa untuk bergerak maju di tengah berjubelnya kendaraan bermotor.. Pendorong gerobak pun tak ketinggalan memotong jalan sekenanya.. lalu pengendara motor yang berjubel dan sopir angkot saling menyusup dan berebut jalan.. duuh, *#^&!#^!!! Paling-paling saya hanya bisa menghela nafas di balik kemudi, menyeka keringat, menekan klakson, dan tak jarang pula menyerapahi sopir angkot, tukang becak, pengendara motor, dan pendorong gerobak yang mengambil jalan seenak diri tanpa aturan.. (*cuma mulutnya doang sih yang terlihat berkomat-kamit, serapah apa yang diucapkan sepertinya siih tak terdengar mereka di tengah riuh rendah kemacetan itu.. %#^@*#@&^#!!)
OOhhhh.... tapi pernahkah kita berpikir bahwa penarik becak, penarik gerobak, sopir angkot adalah para pekerja kasar yang memeras keringat mereka untuk mencari nafkah tanpa perlindungan asuransi apa pun. Pekerjaan mereka pun kerap dipandang rendah.. ditambah perilaku mereka di jalanan yang tak jarang melanggar aturan.. menambah komplit saja stigma buruk yang dilekatkan pada mereka.
Saya hendak mengutip tulisan Kang Jalal (Jalaluddin Rakhmat) tentang tangan yang pernah dicium Rasul saw..
Sa’ad Al-Anshari bercerita: Pada suatu hari seorang sahabat Nabi memperlihatkan tangannya yang hitam dan melepuh. Ketika Nabi saw menanyakan hal itu, ia berkata bahwa tangannya melepuh karena bekerja keras untuk mencari nafkah yang halal bagi keluarganya. Mendengar itu, Nabi yang mulia mengambil tangannya dan menciumnya. Seakan-akan Nabi ingin mengatakan kepada seluruh pengikutnya bahwa tangan yang melepuh karena kerja keras adalah tangan yang dicintai Allah.
Masih mngutip catatannya Kang Jalal, ada jutaan tangan yang menghitam karena mencari sesuap nasi, beberapa di antaranya adalah penarik becak itu yang mengayuh becak mereka pada daerah yang makin menyempit dan di sela-sela petugas penertiban yang makin banyak, lalu sopir angkot yang memutar kemudinya di sela-sela pungutan liar, pendorong gerobak, pedagang asongan yang barangkali telah membuat kita jengkel karena melanggar aturan lalu lintas.
Wahai Pak walikota... bertahun-tahun permasalahan lalu lintas (dan tata kota) di Bandung tak pernah benar-benar tertib.. penyelesaian masalah selalu diikuti dengan masalah baru.
Pak Walikota, semua warga memiliki persamaan hak mendapatkan kelancaran dan kenyamanan di jalan untuk melaksanakan kelangsungan hidupnya masing-masing. Hak penarik becak, pejalan kaki, pedagang kaki lima, pedagang asongan, pengendara mobil, motor, atau bahkan pengendara sepeda, dan lainnya tak pernah benar-benar diperhatikan.. pada akhirnya mereka saling menyalahkan satu sama lain atas kesemrawutan yang ada...