Famale Modesty vs Male Chauvinist

 Thursday, May 03, 2007

Majalah Cosmo edisi Desember 2001 pernah memuat artikel keluarga berjudul "Bahagia = Pasrah Total pada Suami". Artikel tsb banyak mengupas bukunya Laura Doyle, "The Surrendered Wife". Doyle adalah seorang pengamat pernikahan paling kontroversial di Amerika yang membersitkan ide tentang pasrah total kepada suami. Hmm.. mungkin ini terdengar ekstrem karena konon si Laura ini dulunya seorang feminist dan mantan "wanita galak"..

Koq bisa??

Menurut Laura, "Menyerah adalah jalan untuk menemukan keintiman, gairah, dan kedamaian dengan pria." Istilah menyerah baginya termasuk menyerahkan seluruh kendali keuangan pada suami. Tak peduli sekalipun suami payah dalam soal pengelolaan keuangan. Kepasrahan juga berarti anda tak boleh membantahnya. Selalu setuju pada semua pendapat suami, sampai ke hal terbodoh sekalipun. Anda juga berkewajiban melayaninya bercinta paling sedikit seminggu sekali, atau kapan saja suami anda menginginkannya, tidak ada istilah tidak mau.

Nah, yang seperti itu mungkin type wanita yang didambakan Ahmad Dhani.. :)

Anyway, majalah Time bahkan menyebutkan bahwa ajaran Laura ini berhasil mengubah kehidupan perkawinan banyak wanita Amerika. Salah seorang wanita tsb mengaku dulunya sangat berkuasa atas suaminya, bahkan untuk urusan kaos kaki yang akan dipakai suami ke kantor! Sudah tentu lah perilaku sang istri ini menimbulkan problem dalam rumah tangganya. Tapi semenjak mengikuti saran si Laura itu, kehidupan rumah tangganya jadi lebih bahagia.

Laura sendiri juga sebetulnya termasuk tipe wanita yang sangat ambisius dan suka memerintah. Baginya, punya suami pasif sama saja dengan "sleeping with the enemy". Bertahun-tahun ia merasa seperti berada di neraka karena tak bisa saling menyesuaikan diri. Menurut psikiater, masalahnya adalah kritik yang membabi buta yang dilontarkan Laura pada suaminya itulah yang jadi masalahnya. Suatu saat ketika sedang kencan makan malam dengan suaminya itu, Laura harus menahan diri untuk tidak mengumbar kritikan dan mendiktenya. Akibatnya, karena tak tahan mengendalikan kebiasaan buruknya itu, Laura malah "meledakkan" amarahnya itu pada waitress yang melayaninya. Meski ia mengaku gagal mengendalikan emosinya saat itu. Pengalaman itu memberikan pelajaran baginya untuk tutup mulut, dan menginspirasinya untuk menahan diri terhadap suami.

Well, ungkapan male chauvinist pig rupanya perlu diralat lagi.. Sifat modesty tak lagi perlu dikebiri, dan.. feminist tulen tak perlu lagi menendang lutut pria yang ingin bersikap gentleman.. hehe..

3 comments:

Lili 2:02 AM  

komentar soal lelaki dan wanita itupaling susah deh, soalnya kadang harga diri dan ego muncul..he.he.

Apa kabar jeng Asri?

Asri 3:33 AM  

hehe.. Seharusnya bisa saling melengkapi ya, tanpa ada yang merasa direndahkan.

kabarnya baek ummi.. thnks udah mampir.

aaqq 2:32 AM  

gak ada abadi yah di dunia ini. selalu ingin berbeda dari pemahaman 'normal' masyarakat yang ada. dinamis.. dan terlihat berbeda. itu saja... toh masalah pasrah pada suami juga sejak dahulu sudah ada, diganti dengan pemahaman baru masalah kesetaraan, dan ketika semua sudah mulai mapan.. ternyata dibalik lagi agar (again) terlihat beda. hahaha.. (aaqq.net)

Post a Comment